[private] First Meeting

Malam itu bulan sabit bersinar dengan terang. Menunjuk ke jam 12 malam, semua aktivitas yang berada di sana terdiam sejenak. Lampu, Suara, semuanya menghilang secara tiba tiba. Lalu seorang wanita berambut panjang datang, secara terbang dengan sayap hitamnya yang kelam, kearah sebuah kuil.

“Wah wah… tempat apa ini ya?” Narita tersenyum dan lalu mendarat ke depan kuil itu. Tentu saja ini pertama kalinya ia menemui tempat ini, biasa ia berada di tempat tempat yang sangat gelap dan tidak ada orangnya. Memang mau bagaimana lagi? Ia adalah seekor shadow dulunya. Dan sekarang ia bermaksud untuk mengetahui manusia asli itu seperti apa. “Jika ku ketahui.. Ini adalah kuil… dan yang itu pastinya patung.. penjaga bukan?” Tentu saja ia bingung. Melihat semua itu, wanita itu membuka topeng birunya dan memperlihatkan warna matanya yang kuning, yang sebelah kanannya tertutup oleh rambut biru yang panjang itu.

“Hmm…. Jika ada orang disini.. Mungkin bisa kutanyai tempat apa ini.. Namun tidak mungkin.. Yang dapat melihatku pasti seorang persona user.. Dan pastinya aku dibunuh!” Sedikit aneh dan berkeringat dingin, Iapun menghela nafas lalu hanya terduduk disana, melihat patung serigala itu. Sangatlah lucu dan unik baginya, Sayap hitamnya itu tertaruh di lantai, dan beberapa bulunya terjatuhan.

Sei sedang berjalan-jalan malam hari disekitar kota. Bukan dengan alasan berpatroli, hanya ingin membeli camilan di supermarket 24 jam yang cukup jauh dari asrama. Tetapi bukan Sei namanya kalau ia tidak mengorbankan jarak hanya untuk membeli makanan.

"Sudah malam ternyata..." Sei menguap dan berjalan kearah kuil. Merasakan ada aura asing yang lewat disana, ia berjalan dan menaiki tangga kuil. Menatap kearah seorang gadis dengan sayap dan juga topeng ditangannya.

...

Ia tahu kalau didepannya shadow, tetapi entah kenapa ia sedang malas hari ini. Lebih baik ia 'mengobrol' dengan baik bersamanya. Berjalan mendekati patung yang ada disana, ia berdiri dan berhenti tepat didepan sang shadow.

"Apa yang kau lakukan disana?"

“Heee!?” gadis itu langsung berpaling kearah pria itu. Tentu saja orang itu adalah seorang persona User. Namun sepertinya ia tidak mau melawan, Dan bagi dirinya sendiri, ia malah memasang quote bahwa ia tidak akan melawan seorang persona user kecuali orang itu yang melawannya duluan

“Oh malam, tidak, aku hanya melihat kearah patung ini. Sepertinya aku pernah melihat ini di suatu tempat selain disini. Namun aku tidak tau namanya, kau tau?” Tanya Gadis itu ke persona user yang menyapanya tadi. Iapun tersenyum manis, walaupun mungkin sedikit dingin karena tidak begitu dapat mengetahui apa itu perasaan sepenuhnya. Well memang, baru beberapa saat ia menjadi Humanity Shadow bukan?? Sayapnya itu sudah capai, iapun mengepaknya beberapa saat. Jika seseorang melihatnya, mungkin akan terlihat bahwa ia seperti angsa hitam yang ingin terbang bebas, walaupun tidak bisa. Mata kuningnya itu melihat keorang itu, murid… Ya, dia adalah seorang murid, dan sepertinya ntah kenapa ia pernah melihatnya disuatu tempat juga. Namun ah tidak, ia tidak boleh bertanya seperti ‘Sepertinya ku pernah melihat mu’ bukan?

Sepertinya shadow itu tampak terkejut melihat Sei. Ia hanya bisa menghela nafas dan berjalan mendekati shadow itu. Mencoba untuk memegang patung berbentuk serigala yang ada didepan gerbang itu.

“Oh malam, tidak, aku hanya melihat kearah patung ini. Sepertinya aku pernah melihat ini di suatu tempat selain disini. Namun aku tidak tau namanya, kau tau?”

"Oh, ini patung Okami..." Sei mengelus patung itu sedikit dan menatap shadow itu. "Patung ini yang melindungi kuil ini..." Duduk didepan patung itu, ia membuka sebuah bungkus potato chip yang ada dibungkusan itu, dan memakan isinya.

Sepertinya ku pernah melihat mu’ bukan?'

Berhenti memakan potato chip yang ada ditangannya, ia menatap shadow itu dengan tatapan aneh dan heran. "Yah, mungkin saja... Aku sering keluar malam karena tidak bisa tidur. Tetapi, aku jarang melihat shadow karena memang aku baru menjadi persona user..."

“Oh begitu…” gadis itu tersenyum dan lalu melihat patung itu. Pantas saja unik, karena memang ini sangat normal bukan??

Lalu dirinya melihat kearah persona user itu. Memakan sesuatu… Apakah itu?? Dan memang itu enak ya? Ia tidak pernah memakannya. Penasaran, ia mencoba mendekati pria berambut hitam itu, dan lalu mengendus makanan itu. Baunya sangat amis.. ukh, cepat cepat dia mundur sejenak, dan menjulurkan lidahnya. Amis, asin, bau garamnya banyak… Bagaimana orang itu dapat memakan sesuatu yang beramis seperti itu!? Dan lagi, itupun ditaruh di sebuah tempat…. Sebuah plastik, memang, dunia era sekarang dengan era dulu yang ia pernah tinggali juga pastinya benar benar jauh!

“Apa.. itu?” Gadis berambut panjang itu bertanya kepada sang persona user itu, ingin menemukan jawaban dibalik makanan aneh itu. Memang sangat aneh bukan..? Ukh dia tidak tahan dengan keasinannya, lidah diapun terasa sangat kering setelah mencium bau makanan itu. Iapun mengepak sayap hitamnya itu kedua kali, memang susah jika mencoba untuk mendiamkan sayapnya itu, karena jika tidak, saat ia ingin terbang, bisa tidak terkontrol. Dan itu membuat tempat itu penuh dengan bulu hitamnya itu.

Ia hanya terdiam dan melihat shadow itu yang hanya bingung melihat potato chip yang ada ditangannya itu. Menaikkan sebelah alisnya, ia hanya bisa terdiam dan menatapnya heran.

"Ada apa dengan potato chip ini?" Sei menunjuk kearah bungkusan potato chip itu kearah shadow itu. "Kau mau?"

"Apa itu?"

"Ini kentang yang digoreng dan dijadikan snack..." Sei mengambil beberapa potato chip dan menunggu shadow itu mengambilnya juga. "Ini enak..."

Sei melihat shadow itu mengepakkan sayapnya, membuat beberapa bulu berjatuhan disekitar mereka. Bulu hitam yang sangat hitam hingga mengalahkan kegelapan malam itu. Mengambil salah satu, ia memandanginya begitu saja.

"Apakah jika pagi muncul bulu ini akan menghilang seiring kembalinya kau kebentuk semula?"

Disodorkan lah beberapa Potato Chips dari persona user itu. Namun dirinya langsung menggelengkan kepalanya. Ia tentu saja seram dengan apa yg dia cium, itu penuh dengan Minyak bukan? Pastinya.

“Ahahaha…. Tidak, maafkan saya. Namun saya tidak mau..” Iapun tersenyum manis kearah pria itu. Tiba tiba pria itu bertanya soal sayapnya. Well, sampai sekarang, itu hal tidak menentu. Terkadang bulu itu bisa ada di sana dan ia harus membereskannya, terkadang juga tidak ada.

“Tergantung, sebenarnya” Jawab Apelpisia sambil lalu duduk lgi, dan mengambil beberapa bulunya itu. “Dan tumben saja aku melihat seorang persona user, namun sama sekali heran atau ketakutan atau lari. Biasa itulah yg ku temui di malam seperti ini, namun sepertinya kau biasa saja… Jadi boleh saya tau nama mu?” Tanyanya lagi sambil melihat orang itu, tentu saja yg melihat persona user itu sedikit bohong, biasa yg ia temui malah orang yg ingin membunuh dirinya, maka terkadang iapun terpaksa membunuh mereka, atau kurang lebih menyakiti saja.

“Ahahaha…. Tidak, maafkan saya. Namun saya tidak mau..”

Sei menatap kearah shadow itu, mengangguk mengerti kalau shadow itu sepertinya tidak suka dengan makanan ini. Sebenarnya ia sudah tahu dari gelagatnya saat mencium bau potato chip ini. Tetapi, kenapa hanya karena potato chip ini ia sampai-sampai seakan sangat membenci makanan satu ini. Hei, menurut Sei tidak ada makanan yang tidak enak tahu! Tentu saja kecuali makanan basi...

"Memang kau tidak pernah melihat potato chip ini ya?"

"Tergantung, sebenarnya”

"Tergantung bagaimana?" Sei menatap shadow itu, jujur baru kali ini ia bertatapan dengan shadow yang tidak menyerangnya pada saat ia mengajak mereka berbicara. Bahkan shadow itu tampak tenang dan mereka berbicara layaknya mereka sudah saling mengenal satu sama lain.

“Dan tumben saja aku melihat seorang persona user, namun sama sekali heran atau ketakutan atau lari. Biasa itulah yg ku temui di malam seperti ini, namun sepertinya kau biasa saja… Jadi boleh saya tau nama mu?”

"Aku juga baru pertama kali melihat shadow yang tidak langsung menyerangku, bahkan mendekat dan tertarik pada apa yang aku bawa..." Sei tertawa kecil melihat kelakuan shadow itu. Ia mengambil sekaleng minuman soda dan melemparnya kearah shadow itu.

"Ambillah..." Jawab Sei sambil mengambil satu lagi minuman kaleng dan membukanya. "Sei, panggil saja aku Sei, dan beberapa alasan yang membuatku tidak menyerangmu..." Jawabnya sambil menghirup minuman kaleng itu.

"Namamu sendiri?"

“TIdak, aku tidak pernah melihat makanan itu, walau memang aku pernah pergi melihat supermarket, dan banyak barang barang tidak jelas yang di display disana.” Jawab Apelpisia benar benar santai, sambil melihat kearah pria itu.

“Akupun tidak tau, terkadang bulu ini akan berada disini terus, namun terkadang juga menghilang” Jawabnya sambil ikut bingung dengan perkataannya sendiri. Memang sih dia juga bingung mengapa seperti itu. Jadi mau bagaimana lagi?

“Oh benarkah?” Tanya gadis itu sambil tertawa kecil juga. “namaku Apelpisia… Yah itu nama shadowku, karena akan berbahaya bukan jika ku kasih nama manusiaku?” Katanya lagi sambil melihat Sei. Pria yg menarik, dapat tenang, walaupun sebenarnya makhluk pembunuh ini berada di depannya. Apa dia menganggap dirinya adalah manusia biasa? Iapun tidak tau.

Lalu Sei memberikan sebuah kaleng, tentu saja iapun bingung juga. Apa ini? Minuman? Makanan Tuna? Iapun mengambilnya dari kaleng itu dari Sei, dibukalah dan lalu meminumnya. Rasanya sangatlah aneh!! Apa ini!? Bersoda… manis… lengket… ewww!!!

“Apa ini!?” Tanya Apelpisia lagi sambil menjulurkan lidahnya. “Tidak enak… terlalu manis, lengket…. Ukh..”

“TIdak, aku tidak pernah melihat makanan itu, walau memang aku pernah pergi melihat supermarket, dan banyak barang barang tidak jelas yang di display disana.”

"Aku jadi ingin melihat bagaimana dunia yang kalian lihat..." Sei hanya bisa sweatdrop mendengar shadow itu. "Jadi, biasanya kalian makan apa disana?"

“Akupun tidak tau, terkadang bulu ini akan berada disini terus, namun terkadang juga menghilang”

"Menarik sekali..." Sei tersenyum lembut kearah shadow itu mendengar semua yang dikatakannya sejak awal. Ia jadi semakin tertarik dengan makhluk bernama shadow itu. Setidaknya itu bisa menghilangkan kebosanannya bukan? Tidak rugi ternyata menyetujui perjanjian bersama dengan kakek tua itu.

“Oh benarkah?” Tanya gadis itu sambil tertawa kecil juga. “namaku Apelpisia… Yah itu nama shadowku, karena akan berbahaya bukan jika ku kasih nama manusiaku?”

Mengangkat sebelah alisnya, ia melihat shadow yang bernama Apelpisia itu dengan tatapan bingung. "Memang kenapa kalau aku tahu nama manusiamu? Mungkin saja kita bisa berteman baik bukan?" Jawab Sei tertawa seakan-akan ia tidak tahu kalau dunia mereka itu berbeda. "Namamu susah diingat... Apel... Apelpisia.."

“Apa ini!?” Tanya Apelpisia lagi sambil menjulurkan lidahnya. “Tidak enak… terlalu manis, lengket…. Ukh..”

Melihat gelagat dan juga raut wajah Apelpisia, ia hanya bisa terkejut dan sedetik kemudian, ia tertawa terbahak-bahak. Baru kali ini ia melihat seseorang yang sampai seperti itu tidak menyukai minuman bersoda itu.

"Itu nimuman soda, kau juga tidak suka?"

“Duniaku? Duniaku dengan dunia mu bukannya sama ya? Mungkin hanya saja kami tidak memiliki perasaan, rasa lapar, sakit, senang, sedih… Semua tidak ada, baru sekarang ku tau bagaimana merasakan senang.. Maka dari itu, kamipun tidak makan dan minum. Namun setelah aku berada di dunia ini, makanan yang kusuka adalah ikan bakar!!” Seru Apelpisia dengan senang. “Karena tidak begitu berasa, gurih, garing, dan lagi kata orang bergizi sekali! Lalu, makanan seperti sayuran hijau, aku juga suka itu” Jawabnya lagi dengan bersemangat karena ditanyai seperti itu.

“Berteman?? Benarkah? Kau menganggapku sebagai teman?” Tanya Apelpisia tersenyum melihat kearah Sei, sulit dipercaya memang, apakah berteman itu segampang itu? Ia pikir jauh lebih susah karena harus mendapat kepercayaan dari orangnya terlebih dahulu. “Kalau begitu.. Kau sekolah dimana? Jika sama mungkin aku bisa melihat mu dulu dan meneliti latar belakangmu..” Mengapa harus meneliti? Tentu saja, karena beberapa teman shadownya yang dari luar sana mengatakan bahwa manusia suka membikin sebuah Grup, dan lalu dikatakan anggota persona user juga mempunyai grup. Jika ia memang berada di sebuah grup, dan menjadi ketua, mungkin dia dapat memberikan term ‘perdamaian’ pada mereka.

“Soda? Ini pertama kali ku coba… Tidak enak tau, bagaimana kau menyukainya??” Tanyanya lagi kepada Sei. Dan mencoba meminumnya lagi.

“Duniaku? Duniaku dengan dunia mu bukannya sama ya? Mungkin hanya saja kami tidak memiliki perasaan, rasa lapar, sakit, senang, sedih… Semua tidak ada, baru sekarang ku tau bagaimana merasakan senang.. Maka dari itu, kamipun tidak makan dan minum. Namun setelah aku berada di dunia ini, makanan yang kusuka adalah ikan bakar!!”

"Oh..." Sei mengangguk-angguk sambil melihat kearah shadow itu, menatap mata kuningnya dan juga topeng yang ada ditangannya. Bagaimanapun, ia tampak seperti manusia biasa hanya saja memiliki beberapa tambahan yang tidak dimiliki manusia biasa. "Lalu, kenapa kau bisa memiliki perasaan yang sebelumnya tidak kau miliki?"

...

"Ah, maaf kalau kau tidak mau menjawabnya..."

“Berteman?? Benarkah? Kau menganggapku sebagai teman?”

"Tentu saja memang aku tidak boleh berteman denganmu? Tetapi selama kau tidak merepotkanku..." Jawab Sei santai sambil menatap shadow itu. "Dan kalau kau melakukan hal yang buruk... Aku harus melawanmu mau tidak mau..." Sei hanya tersenyum tipis ketika melihatnya.

“Kalau begitu.. Kau sekolah dimana? Jika sama mungkin aku bisa melihat mu dulu dan meneliti latar belakangmu..”

"Untuk apa..." senyuman sei langsung memudar ketika ia mengatakan itu. "Walaupun aku mau mengatakannyapun aku tidak ingat bagaimana latar belakangku yang sebenarnya... Aku hanya tahu kalau aku adalah murid SMA Shikoei saja..." Sei hanya tertawa garing mengatakan itu.

“Soda? Ini pertama kali ku coba… Tidak enak tau, bagaimana kau menyukainya??”

"Aku menyukai semua makanan..." Sei menatap shadow itu sambil tersenyum. "Makanan itu tidak boleh memilih bodoh..."

“Ah….”
Ditanyalah pertanyaan itu. Pertanyaan yg dia sendiri pun bingung. Tiba tiba ia sedikit murung, walaupun di wajahnya tetaplah wajah senang, namun dirinya sebenarnya juga bingung.

“Jika boleh jujur, akupun tidak tau… tiba tiba aku menjadi seperti ini” Jawab Apelpisia sambil tersenyum ke sei, sayapnya lalu mengepak lagi. “Memangnya kenapa? Dan seperti apa mendapatkan persona, Sei?” Tanyanya lagi sambil menguap sedikit.

“Hmm… Jika memang boleh, baiklah! Janji aku tidak akan merepotkan mu” Kata Narita sambil tersenyum senang. “Shikoei… Ayah angkatku juga menaruhku disana… Dan tentu saja… namaku rahasia~” Lanjutnya lagi sambil tertawa, hari ini memang bukan dark hour yang membosankan sepertinya. Untung saja ia bertemu dengan orang ini. Menyenangkan… Sangat menyenangkan. “Oh? Emm… Apa yang kau lupakan?” Tanya Apelpisia dengan tiba tiba.

“Tetap, makanan itu banyak yang tidak enak. Terlalu manis, terlalu asin, terlalu banyak minyak… Lemak juga.. eww… Apa lagi yang kau makan tadi.. Potato chips itu! Pasti tidak baik untuk kesehatan” tegur Narita lagi.

“Jika boleh jujur, akupun tidak tau… tiba tiba aku menjadi seperti ini”

“Memangnya kenapa? Dan seperti apa mendapatkan persona, Sei?”

"Mendapatkan persona itu..." Sei berfikir sejenak sambil mengingat bagaimana ia bisa mendapatkan personanya pertama kali. "Entahlah... Tetapi, yang pasti aku mendapatkan persona setelah masuk kesebuah pintu..."

“Hmm… Jika memang boleh, baiklah! Janji aku tidak akan merepotkan mu”

“Shikoei… Ayah angkatku juga menaruhku disana… Dan tentu saja… namaku rahasia~”

"Hei, itu tidak adil..." Sei hanya tertawa kecil melihat shadow itu. Aneh memang ia bisa berbicara seperti ini dengan seekor shadow. Biasanya ia akan menyerang mereka, karena tentu saja mereka menyerang Sei duluan. Bukan Sei namanya kalau memulai pertarungan yang akan merepotkannya saja.

“Oh? Emm… Apa yang kau lupakan?”

"Hanya masa kecil..." Sei tersenyum menunjukkan gigi-giginya. "Yah, mungkin lebih baik tidak aku ingat... Lebih baik aku menjalani kehidupan yang ada didepanku bukan?"

“Tetap, makanan itu banyak yang tidak enak. Terlalu manis, terlalu asin, terlalu banyak minyak… Lemak juga.. eww… Apa lagi yang kau makan tadi.. Potato chips itu! Pasti tidak baik untuk kesehatan”

"Ahaha..." Sei hanya tertawa terbahak-bahak mendengarnya. "Lain kali aku akan membawakanmu ikan bakar kalau kau mau..."

“Sepertinya biasa biasa saja..” Gumam Apelpisia sambil tersenyum dan tertawa. “Baiklah baiklah… Jika kau anggap aku tidak fair… Baiklah, Narita, Narita Saivette” Jawab Apelpisia sambil tersenyum. “Sudah cukup adil bukan?” Iapun tertawa melihat ke Sei, memang ini tumben tumbenan.

“Bernarkah?? Mungkin kau boleh mengajakku saat sudah siang nanti?” Tanya Narita lagi, lalu yang merenggangkan badannya, juga sayapnya itu. “Ah ah, namun untuk pengetahuanmu… Aku tidak suka beberapa makanan yg baunya tidak enak. Karena itu memang mungkin kepintaran shadow akan penciuman yg peka. Jawabnya yg lalu berdiri lalu mendekat ke Sei. “Dan sekarang… mari berteman! Sei~” Jawab Narita yang lalu secara spontan memeluk Sei. Sayapnya tentu saja turun semua dan menuju ke tanah, Lalu setelah beberapa saat, Iapun melepaskan pelukan itu. Ia sebenarnya tidak begitu mengerti apa arti memeluk, hanya saja ia pernah melihat orang memeluk satu sama lain. Apakah itu yang disebut berteman? Ia tidak tau… Mungkin ada baiknya jika ia membaca buku yang banyak.

“Sepertinya biasa biasa saja..”

“Baiklah baiklah… Jika kau anggap aku tidak fair… Baiklah, Narita, Narita Saivette”

“Sudah cukup adil bukan?”

Sei tersenyum dan mengangguk pelan kearah shadow itu. Tidak ada salahnya kalau ia berteman dengan seekor shadow bukan? Tetapi, itupun kalau mereka tidak mengganggunya.

"Ya, salam kenal Narita-chan..."

“Bernarkah?? Mungkin kau boleh mengajakku saat sudah siang nanti?”

"Tentu saja kalau aku menemukan wujud manusiamu Narita..." Sei membuka sebuah teh olong kaleng setelah coca colanya habis. Lalu, melihat kearah Narita ia mengulurkan teh miliknya itu. "Apakah kau bisa minum ini?"

“Ah ah, namun untuk pengetahuanmu… Aku tidak suka beberapa makanan yg baunya tidak enak. Karena itu memang mungkin kepintaran shadow akan penciuman yg peka."

"Tenang saja..." Sei tertawa lepas mendengarkan Narita berbicara. Benar-benar shadow yang menarik. Beruntung ia bisa melihat shadow seperti Narita. "Aku pandai memilih makanan kalau aku sudah tahu makanan apa yang tidak bisa kau makan..."

[i] “Dan sekarang… mari berteman! Sei~”

Terkejut karena Narita memeluknya tiba-tiba, Sei hanya bisa bengong dan tidak bisa melakukan apapun. Tetapi detik kemudian, ia langsung mendorong sedikit bahu Narita dan menatapnya.

"Kau langsung begitu saja percaya pada orang yang baru kau temui?"

“Salam kenal lagi, Sei-kun” Jawab Narita sambil tersenyum yang lalu terbang sedikit, dan duduk diatas dahan pohon yang besar itu. “Nah, kau pasti bisa menemukan wujud manusiaku, karena tentu gampang, walau kau tetap tidak dapat melihat perbedaan aura antara shadow dan manusia biasa” Jelasnya lagi sambil tertawa kecil dengan perkataannya itu.

Iapun melihat sebuah kaleng teh olong, salah satu sayapnya yg berada di kakinya itu, dengan bulunya, mengambil kaleng itu dan berikan kepadanya, iapun meminumnya. Tersenyum senang, iapun meminum the itu sampai habis. “Yap, tidak terlalu manis, inilah yg kusuka” Jawabnya lagi dengan senang dan juga membuat suara ‘puah’ sebelum itu. “Benarkah? Kalau begitu beritahu aku ntar apa saja makanan yg bagus untuk diriku” Jawabnya sambil melihat kearah Sei.

“Hmm? Tentu saja, karena sepertinya tipe mu itu orang yg dapat di percaya.” Jawab Narita dengan gampangnya. “Dan lagi, sepertinya bukan dirimu yang akan menghianati orang.. Benarkan? Pasti diantara teman teman personamu yang tidak suka shadow..” Jelasnya lagi sambil menaruh telunjuknya di depan mulutnya, mengisyaratnya tutup mulutmu, dan lalu mengedipkan matanya juga.